Padang, PilarbangsaNews
Kota Padang ditunjuk sebagai kota based practice pengelolaan sampah di wilayah Sumatera dalam Program Nasional Integrated Solid Waste Management Program (ISWMP).
Program ini merupakan inisiatif berskala nasional yang bertujuan meningkatkan pelayanan pengelolaan sampah perkotaan secara terpadu dari hulu hingga hilir, mulai dari penyusunan rencana induk, penguatan regulasi, peningkatan peran serta masyarakat, penguatan kelembagaan, hingga pembangunan fasilitas pengolahan sampah.
Kepala Balai Penataan Bangunan, Prasarana, dan Kawasan Sumatera Barat (BPBPK Sumbar), Maria Doeni Isa, dalam Lokakarya Pelaksanaan Penguatan Peran Aktif Masyarakat Terhadap Sistem Pengelolaan Sampah Kota Padang, Selasa (12/8/2025) menjelaskan bahwa meski menjadi daerah rujukan, Kota Padang masih menghadapi tantangan besar.
“Rata-rata timbulan sampah di Kota Padang mencapai 643 ton per hari. Dari jumlah itu, 466,49 ton masuk ke Tempat Pengolahan Sampah Terakhir (TPST) dan 136,38 ton berhasil dikurangi melalui pemilahan,” ungkapnya saat lokakarya di salah satu hotel berbintang di Padang.
Data tersebut menunjukkan bahwa baru sekitar 40,13 persen sampah yang berhasil dipilah, sedangkan sisanya belum terolah dan langsung berakhir di TPST.
Menurut Maria, situasi ini menandakan perlunya percepatan peningkatan kinerja pengolahan sampah, terutama melalui penguatan peran masyarakat dan lembaga pengelola, serta perubahan paradigma pengelolaan dari sekadar membuang menjadi memilah dan mengolah sejak dari sumbernya.
Maria juga mengingatkan bahwa jika sampah, khususnya limbah domestik, tidak dipilah dengan benar, hal ini berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan. Dampaknya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat, mulai dari pencemaran air dan udara, hingga ancaman kesehatan bagi kelompok rentan seperti ibu hamil, balita, dan lansia.
“Menjadi based pratice merupakan momentum untuk membuktikan bahwa kita bisa lebih baik lagi dan menjadi contoh yang benar-benar ideal bagi daerah lain di Sumatera,” tegasnya. (Gilang)