Pekanbaru, PilarbangsaNews
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi ajang syiar Islam sekaligus momentum mempererat persaudaraan masyarakat Aceh yang bermukim di Provinsi Riau. Acara yang digelar oleh Persatuan Masyarakat Aceh (Permasa) Riau ini berlangsung khidmat dan penuh kekeluargaan, menghadirkan ribuan warga serta perwakilan dari berbagai daerah.
Ketua Permasa Riau, Fauzan S.STP., M.Si, menyampaikan bahwa kegiatan Maulid Nabi telah menjadi tradisi tahunan bagi masyarakat Aceh di Riau. Selain sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, peringatan ini juga menjadi sarana memperkuat ukhuwah Islamiyah.
“Setiap tahun kita melaksanakan Maulid Nabi sebagai momentum syiar Islam sekaligus wujud syukur kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Bagi masyarakat Aceh, kegiatan ini juga menjadi ajang silaturahim, mempertemukan warga dari berbagai kabupaten/kota di Riau bahkan dari provinsi lain seperti Bengkulu dan Sumatera Barat,” ujar Fauzan.
Lebih dari sekadar perayaan, kegiatan ini juga menjadi ruang melepas rindu akan kampung halaman. Suasana kebersamaan kian terasa saat berbagai kuliner khas Aceh dihidangkan.
“Acara seperti ini mengobati kerinduan masyarakat Aceh terhadap kampung halaman. Selain itu, ini menjadi kesempatan untuk saling berbagi cerita, sehingga persatuan dan kesatuan semakin kokoh,” tambahnya.
Menurut Fauzan, Permasa Riau juga merencanakan kegiatan Maulid Nabi digelar secara bergilir di berbagai kabupaten/kota. Setelah dari Pekanbaru, rangkaian acara akan berlanjut ke Perawang, Pelalawan, hingga Indragiri Hulu, sesuai jadwal yang ditetapkan pengurus daerah.
Fauzan berharap seluruh pengurus Permasa, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, terus menjaga tradisi syiar Islam ini dengan kualitas dan kuantitas yang semakin baik dari tahun ke tahun.
“Semoga kebersamaan ini menjadi energi positif bagi masyarakat Aceh untuk berkontribusi lebih luas bagi umat dan pembangunan di Provinsi Riau,” tutup Fauzan.
Dalam penyampaian Gubernur Riau, H. Abdul Wahid, M.Si menegaskan pentingnya kehadiran masyarakat Aceh di Bumi Lancang Kuning sebagai bagian dari khazanah budaya sekaligus penguat nilai-nilai keislaman di Riau.
“Orang Aceh adalah pengukir sejarah, terutama sejarah masuknya Islam di Nusantara. Dari Barus, Islam mulai bersemi di Indonesia. Itulah mengapa identitas Aceh selalu melekat dengan Islam,” ujar Gubernur Riau.
Tradisi memperingati hari-hari besar Islam, kata Wahid, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Aceh. Semangat ini sejalan dengan masyarakat Melayu di Riau yang juga menempatkan Islam sebagai jati diri. Kesamaan itu, menurutnya, menjadi jembatan yang mengeratkan persaudaraan antara Aceh dan Riau.
“Pemerintah Provinsi Riau merasa bangga dengan kekompakan keluarga besar Aceh yang ada di sini. Persatuan ini tidak hanya menjaga silaturahmi, tetapi juga memperkaya budaya melayu Riau sehingga menjadi lebih kompleks dan sempurna,” sebut Gubernur Riau.
Ia menambahkan, kehadiran masyarakat Aceh juga memberi warna tersendiri, mulai dari tradisi, kuliner, hingga nilai-nilai sosial yang terus diwariskan. Berkumpul dalam acara seperti ini membuat kita teringat kampung halaman. Dengan adanya hidangan khas Aceh, rasa rindu itu seakan terobati.
“Kami akan terus mendukung kegiatan sosial dan keagamaan yang diinisiasi masyarakat Aceh di Riau dan kami berterima kasih atas kontribusi masyarakat Aceh yang telah menjadi bagian penting dari pembangunan daerah ini. Mari terus menjaga kekompakan dan persaudaraan demi kemajuan bersama,” tutup Gubernur Riau Abdul Wahid. (Mirza)










