Web Hosting
Web Hosting
Berita

Budaya Sebagai Benteng Sosial: Alihkan Pemuda dari Bullying, Narkoba, dan Pelecehan Lewat Warisan Leluhur

68
×

Budaya Sebagai Benteng Sosial: Alihkan Pemuda dari Bullying, Narkoba, dan Pelecehan Lewat Warisan Leluhur

Sebarkan artikel ini

Oleh DR Febby Dt Bangso

 

Di tengah arus globalisasi dan digitalisasi yang begitu deras, generasi muda kita dihadapkan pada berbagai tantangan sosial yang tidak ringan—mulai dari bullying, penyalahgunaan narkoba, hingga pelecehan dalam berbagai bentuk. Semua ini menjadi momok yang tak hanya mengancam masa depan pribadi, tapi juga ketahanan sosial bangsa.

 

Namun, alih-alih hanya menanggapi lewat larangan dan hukuman, kita perlu menawarkan alternatif yang positif dan berakar pada kekuatan lokal. Di sinilah budaya memainkan peran vital sebagai penyangga identitas, etika, dan jati diri.

 

Budaya: Akar yang Menguatkan

Budaya bukan hanya peninggalan sejarah, tapi juga cermin nilai-nilai kehidupan: gotong royong, kesantunan, solidaritas, dan rasa hormat. Ketika budaya dihidupkan kembali dalam aktivitas sehari-hari pemuda—baik melalui seni, kuliner, ritual, maupun kerajinan—maka mereka membangun koneksi yang sehat dengan komunitas, dan terutama dengan diri mereka sendiri.

 

Contohnya dapat kita lihat di Kapalo Koto Luhak Nan Tuo, Tanah Datar, Sumatera Barat. Desa ini bukan hanya situs budaya, tetapi juga ruang hidup yang sarat dengan aktivitas pelestarian budaya yang melibatkan generasi muda secara aktif:

 

Belajar silek tradisi (pencak silat Minangkabau), bukan hanya melatih fisik, tetapi juga membentuk mental disiplin dan tanggung jawab.

 

Mengikuti kelas memasak warisan nenek, di mana anak muda diajak meracik bumbu rendang, gulai, dan masakan tradisional lainnya sambil menyerap nilai kesabaran dan kebersamaan.

 

Terlibat dalam sanggar seni dan tari tradisi, tempat ekspresi kreatif sekaligus media untuk membangun empati dan percaya diri.

Kebijakan Harus Mendukung Budaya Hidup

Upaya ini sejalan dengan semangat UUD 1945 Pasal 32, yang menyatakan bahwa negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dan memberdayakan masyarakat untuk memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.

 

Lembaga seperti UNESCO pun menegaskan pentingnya pendidikan budaya dan warisan sebagai instrumen mencegah konflik sosial dan memperkuat kohesi komunitas.

 

Maka, sinergi antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pemerintah daerah, lembaga adat, dan komunitas lokal menjadi kunci. Anak muda perlu diberi akses, ruang, dan peran aktif dalam menjaga budaya—bukan hanya sebagai pewaris, tetapi juga inovator.

 

Saat Budaya Menjadi Gaya Hidup

Budaya akan tetap hidup jika ia menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Jika anak muda kita lebih bangga meracik bumbu rendang daripada mencoba zat terlarang, lebih tertarik pada seni pertunjukan daripada konten destruktif, dan lebih memilih berdiskusi di balai adat daripada berkonflik di media sosial—maka masa depan bangsa ini akan lebih kuat dan bermartabat.

 

Alihkan pemuda dari sisi gelap dengan menawarkan terang budaya. Karena ketika budaya menjadi gaya hidup, maka generasi yang tumbuh bukan hanya cerdas, tetapi juga berakar dan tangguh. (*)