Pesisir Selatan, PilarbangsaNews
Kawasan Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan, selama ini dikenal luas sebagai destinasi wisata bahari unggulan Sumatera Barat. Laut biru yang tenang, gugusan pulau indah, dan panorama perbukitan membuatnya dijuluki sebagai “Raja Ampatnya Sumatera”.
Namun, di balik keindahan alam itu, kini muncul harapan baru yang datang dari sektor energi. Bukik Ameh, sebuah titik strategis di Mandeh, dilirik sebagai lokasi potensial pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) oleh investor asal Jepang.
Rabu (29/10/2025), rombongan investor yang difasilitasi PT Awina Sinergi International berkunjung langsung ke lokasi tersebut. Mereka disambut hangat oleh Bupati Pesisir Selatan, Hendrajoni, yang turut mendampingi peninjauan bersama sejumlah pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Bagi para investor, kunjungan lapangan itu menjadi momentum penting. Mereka tidak hanya melihat keindahan Mandeh dari sisi pariwisata, tetapi juga menilai potensi energi matahari yang berlimpah di kawasan ini.

Bupati Hendrajoni dan perwakilan PT Awina Sinergi International di Bukit Ameh, Kawasan Mandeh
Perwakilan PT Awina Sinergi International menilai, kondisi lahan di Bukik Ameh sangat cocok untuk instalasi panel surya. Dengan intensitas cahaya matahari yang stabil, lokasi tersebut mampu menghasilkan daya listrik sebesar 50 hingga 100 megawatt.
“Kami sangat tertarik. Kawasan ini memiliki kombinasi sempurna antara ketersediaan lahan dan potensi energi matahari yang besar. Dengan dukungan pemerintah daerah, kami optimistis pembangunan PLTS di sini bisa segera diwujudkan,” ujar salah seorang perwakilan perusahaan.
Langkah ini menjadi kabar baik bagi masyarakat Pesisir Selatan. Selama ini, isu ketersediaan energi listrik masih menjadi tantangan, terutama di wilayah pedesaan dan daerah pesisir yang jauh dari pusat jaringan.
Bupati Hendrajoni melihat peluang ini sebagai momentum penting dalam sejarah pembangunan daerah. Baginya, Mandeh bukan hanya tentang wisata, tetapi juga bisa menjadi pusat energi terbarukan.
“Kami sangat menyambut baik rencana ini. Energi surya adalah masa depan, dan Mandeh memiliki semua yang dibutuhkan untuk mewujudkannya. Jika terealisasi, PLTS di sini akan menjadi kebanggaan Sumatera Barat,” ujar Hendrajoni.

Bupati Hendrajoni mendapat penjelasan tentang rencana investasi PLTS di Kawasan Mandeh
Lebih jauh, Hendrajoni menekankan bahwa proyek ini bukan sekadar investasi energi, tetapi juga bagian dari strategi pembangunan berkelanjutan. “Dengan energi bersih, kita tidak hanya memenuhi kebutuhan listrik, tetapi juga menjaga lingkungan tetap lestari untuk generasi mendatang,” tambahnya.
Pemerintah daerah, kata Hendrajoni, akan memfasilitasi segala bentuk perizinan sesuai regulasi. Transparansi dan akuntabilitas akan menjadi prioritas, agar investor merasa nyaman dan masyarakat pun mendapat manfaat nyata.
Potensi dampak positif dari pembangunan PLTS ini sangat luas. Selain menyediakan listrik dalam jumlah besar, proyek ini diyakini akan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar.
Tidak hanya itu, sektor pariwisata juga berpeluang ikut terdongkrak. Infrastruktur listrik yang kuat akan membuat kawasan wisata Mandeh semakin siap menampung kunjungan wisatawan dalam jumlah lebih besar.
Bayangkan, resort-resort di pulau kecil, homestay di tepi pantai, hingga fasilitas wisata bahari bisa menikmati pasokan listrik yang stabil. Hal ini tentu akan meningkatkan kenyamanan wisatawan sekaligus mendorong perekonomian lokal.

Bupati Pesisir Selatan Hendrajoni
Bagi warga setempat, pembangunan PLTS ini juga bisa menjadi kesempatan untuk belajar dan beradaptasi dengan teknologi baru. Keberadaan pembangkit listrik tenaga surya akan membawa pengetahuan baru tentang energi terbarukan yang ramah lingkungan.
Masyarakat di sekitar Bukik Ameh diharapkan terlibat aktif dalam mendukung proyek tersebut. Mulai dari tenaga kerja lokal, jasa transportasi, hingga pengadaan bahan pendukung, semua bisa menjadi rantai ekonomi baru yang menghidupkan kawasan itu.
Hendrajoni berharap agar masyarakat melihat proyek ini bukan sebagai sesuatu yang asing, tetapi sebagai peluang besar untuk perubahan. “Kami ingin masyarakat merasakan manfaatnya secara langsung. Mulai dari pekerjaan, peningkatan ekonomi, hingga kebanggaan memiliki pusat energi bersih di kampung sendiri,” tegasnya.
Lebih dari itu, keberadaan PLTS di Mandeh juga akan mendukung agenda nasional Indonesia menuju transisi energi bersih. Pemerintah pusat menargetkan bauran energi terbarukan mencapai 23 persen pada tahun 2025.

Peninjauan rencana lokasi PLTS di Kawasan Mandeh
Jika terealisasi, PLTS Mandeh bisa menjadi salah satu proyek percontohan di Sumatera Barat. Dengan kapasitas 50–100 megawatt, kontribusinya akan signifikan terhadap target energi hijau Indonesia.
Selain aspek teknis, proyek ini juga memiliki makna simbolis. Bahwa sebuah kawasan wisata yang dikenal karena keindahan alam, kini juga dikenal karena komitmennya pada energi bersih dan keberlanjutan.
Mandeh, dengan segala pesonanya, akan tampil dengan wajah baru: bukan hanya sebagai destinasi wisata, melainkan juga pusat inovasi energi.
Kunjungan investor Jepang ini menjadi awal dari perjalanan panjang. Dukungan semua pihak, mulai dari pemerintah, investor, hingga masyarakat, akan menentukan seberapa cepat mimpi ini bisa diwujudkan.
Dan ketika PLTS itu nanti berdiri megah di Bukik Ameh, cahaya matahari Mandeh tidak hanya menyinari laut biru dan pulau-pulau kecil, tetapi juga memberi energi bagi kehidupan, pembangunan, dan masa depan yang lebih hijau bagi Pesisir Selatan. (gk)








