Padang, PilarbangsaNews
Pernyataan “Sumatera Barat miskin? Bullshit!” menjadi tajuk utama dalam podcast Top 100 Channel yang tayang di kanal YouTube KliksiarTV. Dalam episode tersebut, pengusaha muda Marta Gunawan—dikenal sebagai Bos MG—berdialog dengan Adrian “Toaik” Tuswandi, membongkar fakta-fakta mengejutkan seputar ekspor komoditi Sumatera Barat.
Bos MG, sosok muda asal Sumbar yang telah menasional bahkan menginternasional, mengungkap kenyataan pahit: ratusan kontainer komoditi seperti pinang dan gambir dikirim tiap bulan dari Padang, namun tak satu pun tercatat sebagai ekspor Sumatera Barat. Semua dokumen, karantina, dan sertifikat asal justru berasal dari Sumatera Utara. “Pedih, bro,” ucapnya, lirih tapi penuh makna.
Dalam podcast tersebut, Bos MG menyebut program 100.000 entrepreneur yang digagas pemerintah daerah sebelumnya sebagai “omon-omon”—seremonial tanpa hasil. Ia juga menyoroti stagnasi pelabuhan Teluk Bayur yang seharusnya menjadi gerbang ekspor Sumbar, namun tak kunjung siap. Akibatnya, ekspor harus transit ke Tanjung Priok dan Singapura, menambah biaya dan menghapus jejak Sumbar dari peta ekspor nasional.
“Komoditi kita luar biasa. Tapi kalau tidak dikelola oleh praktisi, ya begini jadinya,” tegasnya. Ia mengungkap bahwa permintaan pinang dari India mencapai 400 juta kilo per tahun, namun Sumbar belum mampu memenuhi. Ironisnya, sebagian besar pinang yang ia ekspor justru berasal dari luar Sumbar.
Dalam tayangan KliksiarTV itu, Bos MG menyerukan agar pemerintah provinsi Sumatera Barat bangkit. Bukan dengan wacana, tapi dengan aksi nyata: membuka akses pelabuhan, memperkuat jaringan, dan memberdayakan petani lokal.
“Jangan sampai pinang kita tumbuh di tanah sendiri, tapi nama kita hilang di pasar dunia,” tutupnya. (Gilang)