Web Hosting
Web Hosting
Artikel

Om Indra Sakti Nauli Pergi, Tapi Pesannya Tak Pernah Padam

93
×

Om Indra Sakti Nauli Pergi, Tapi Pesannya Tak Pernah Padam

Sebarkan artikel ini

Catatan: Gilang Gardhiolla Gusvero

 

 

Hujan di hari Senin, 13 Oktober 2025, turun lebih deras dari biasanya. Rintiknya seolah membawa pesan duka, menyelinap ke hati siapa pun yang mengenal sosok wartawan senior, Indra Sakti Nauli. Hari itu, pukul 19.37 WIB, kabar kepergiannya menjadi berita paling menyayat di kalangan jurnalis Sumatera Barat.

 

Bagi banyak wartawan, almarhum akrab disapa Mak In. Namun bagi saya, beliau lebih dari sekadar senior. Ia adalah sosok orang tua, tempat bertanya dan berbagi cerita. Sejak kecil, panggilan “Papa In” atau “Om In” sudah melekat, menggambarkan kedekatan yang tak sekadar hubungan antarprofesi.

 

Malam itu, kabar duka datang tiba-tiba. Tanpa pikir panjang, saya bergegas menjemput kedua orang tua menuju RSUD Padang, tempat Om In menghembuskan napas terakhir. Di rumah sakit, suasana hening menyelimuti ruangan. Tubuh beliau dibalut kain batik, wajahnya tampak teduh, seolah sedang beristirahat setelah perjalanan panjang di dunia jurnalistik.

 

Air mata jatuh tanpa bisa ditahan. Ingatan pun melayang ke pertemuan terakhir, sebulan sebelum kepergiannya. Dalam acara sederhana, Om In sempat berpesan dengan suara tegas namun lembut, “Tuntaskan, harus selesai. Pokoknya anak Om In harus sarjana.” Pesan itu kini menjadi wasiat, yang menuntun langkah untuk terus berjuang hingga selesai.

 

 

Bagi rekan-rekan seprofesi, sosok Indra Sakti Nauli adalah contoh nyata jurnalis sejati. Ia dikenal rendah hati, tak pernah meninggalkan jejak buruk, dan selalu punya kata-kata bijak untuk rekan mudanya. “Tak ada lecetnya,” begitu orang-orang menggambarkan reputasinya.

 

“Teruslah menulis, teruslah berbuat baik kepada semua orang. Tanamkan pada diri untuk berbuat baik.” Kalimat itu sering kali disampaikan ketika kami bertemu.

 

Hari ini, Selasa 14 Oktober 2025, banyak yang mengantarkan Om In ke peristirahatan terakhir. Mulai dari rekan sejawat, seprofesi, dan berbagai kalangan turut mengiringi ke Pemakaman Jirek, Seberang Padang.

 

Kini, Om In telah tenang. Tak lagi ada panggilan mendadak menanyakan kabar, tak lagi ada pesan singkat penuh nasihat. Namun, jejak kebaikannya masih tertinggal dalam setiap ingatan orang yang mengenalnya.

 

Selamat jalan, Om In. Semoga seluruh amal dan kebaikanmu menjadi penerang di perjalanan menuju surga.

 

Khusnul khotimah, Om In. Om In orang baik. Teruslah berjalan di jalan cahaya. (*)