Web Hosting
Web Hosting
Berita

Workshop Penulisan Apresiasi Seni: Para Maestro Rindu Kritikan Pedas!

50
×

Workshop Penulisan Apresiasi Seni: Para Maestro Rindu Kritikan Pedas!

Sebarkan artikel ini

Padang, PilarbangaNews

 

Workshop Penulisan Apresiasi Seni Pertunjukan yang digelar Nan Jombang Dance Company, akhirnya mencapai puncak. Setelah tiga hari penuh inspirasi, para peserta kini membawa bekal berharga dalam memahami dan menulis seni pertunjukan dengan lebih mendalam.

 

Acara yang berlangsung sejak Rabu, 19 Februari-Jum’at 21 Februari 2025 di Daima Hotel Padang, menghadirkan tiga narasumber luar biasa: Ery Mefri, maestro tari Minang dan koreografer ternama, Frans Sartono, wartawan senior Kompas, serta Khairul Jasmi, wartawan senior dan Pemimpin Redaksi Harian Singgalang.

 

Dihari pertama, para peserta disuguhi materi mendalam tentang cara mengamati pertunjukan seni, teknik menulis tanpa mengabaikan kaidah jurnalistik, serta pengalaman menarik dari masing-masing narasumber.

Setelah menyerap teori, para peserta langsung diuji. Sebanyak 20 peserta menulis apresiasi seni pertunjukan dengan berbagai gaya, lalu membacakannya di depan narasumber. Proses ini menjadi tantangan tersendiri karena mereka harus mampu menyampaikan gagasan secara lugas dan menarik.

 

Pada hari terakhir, diskusi semakin menarik. Para peserta menggali lebih dalam tentang pengalaman meliput seni pertunjukan dan membandingkannya dengan liputan berita umum.

 

Menurut Frans Sartono, workshop ini sangat penting di era digital. “Perkembangan zaman menuntut liputan seni yang lebih berkualitas. Jika tidak ada apresiasi, bagaimana seni bisa tetap eksis?” tegasnya.

 

Senada dengan itu, Khairul Jasmi mengibaratkan menulis seni seperti berbicara sehari-hari. “Apa yang kalian pikirkan, susun di kepala, lalu tuangkan dalam tulisan. Menulis itu kebebasan berekspresi!” ujarnya penuh semangat.

 

Sementara itu, Ery Mefri dengan tegas mengungkapkan kegelisahannya. “Saya lahir dari karya saya, tetapi media yang membesarkan saya,” katanya.

 

Namun, yang mengejutkan, ia justru merindukan kritikan tajam. “Sudah terlalu lama saya tidak dihajar oleh media. Tidak ada lagi kritikan pedas, baik positif maupun negatif. Saya rindu itu!” ujar Uda Ery dengan nada penuh harap.

 

Workshop ini diharapkan mampu melahirkan kembali penulis-penulis apresiasi seni pertunjukan di Sumatera Barat, yang kaya akan budaya. Para senior yang hadir sangat rindu melihat penulisan seni yang menggugah, penuh kritik membangun, dan bisa membawa seni pertunjukan ke panggung yang lebih luas. (Gilang)